The Little Story of Nusa
Oleh: Rifan’s Meilan Dhani Saputra
Angin masih terlalu sakit untuk dinikmati, memejamkan mata masih sangat nyenyak disaat rasa kantuk masih menemani. Terlihat lampu menyala di suatu kamar kecil yang berada dirumah tingkat pak kepala desa. Disaat matahari masih belum bangun dari mimpinya, disaat semua orang masih melapisi tubuhnya dengan selimut.
“Nusa…!! Bangun!” Terdengar suara teriakan dari istri pak kades.
“Iya mbok..” Jawab dari seorang anak kecil berumur 10 tahunan keluar dari kamarnya, dengan mata masih sedikit memejam, dengan kantung panda di bawahnya.
Nusa anak dari seorang Pak kepala desa yang amat bijaksana. Nusa, seorang kutu buku yang karena bukunyalah ia jarang bermain dengan teman-temannya.
***
“Nusa cepat turun! Sarapannya sudah siap…”
“Iya mbok, sebentar lagi nusa turun.” Jawab Nusa dengan sedikit lesu.
Nusa lalu turun untuk sarapan bersama.
“Kenapa matamu terlihat lesu Nusa?” Tanya bapak.
“Nusa kurang tidur lagi pak, buku tadi malam belum selesai dibaca…” Jawab Nusa sambil menghentikan mulutnya yang sedang mengunyah.
“Kalau begitu jangan terlalu lama membacanya, kan jadi lesu kayak gitu.” Sambung bapak.
“Iya pak…”
“Sudah-sudah, habiskan sarapannya nanti terlambat pula ke sekolahnya.” Sahut ibu.
Nusa bukan anak yang pemalas. Nusa bahkan sangat rajin, suka membantu orangtuanya di rumah maupun di sekolah, namun terkadang ia hanya lalai dengan waktu karena membaca buku. Nusa suka dengan matematika tapi ia malas dengan IPS karena banyak menghafal katanya.
***
“Kringgggg!” Bel sekolah berbunyi, tepat ketika Nusa memasuki gerbang sekolah, ia langsung berlari menuju ke kelasnya.
Saat sudah masuk terlihat pak Cahya yang sudah berdiri di ambang pintu dan langsung memulai pelajaran.
“Baiklah anak-anak pertmuan kali ini kita akan membahas soal karena minggu depan sekolah akan mengadakan ujian, keluarkan buku latihan kalian.” Tukas pak Cahya.
“Laksanakan pak!” Sahut para murid.
Lalu semua murid mengeluarkan buku latihan. Namun tidak dengan Nusa, ia memilih membaca buku yang masih belum terselesaikan. Sehingga ia tidak memperhatikan pak Cahya yang sedang menjelaskan.
***
Ujian terselesaikan dengan sempurna. Semua murid menyelesaikannya dengan tertib dan semangat, begitupun dengan Nusa. Tetapi ujian kali ini berbeda, ia memilih membaca buku cerita ketimbang belajar pada malam harinya. Singkat cerita ketika pembagian rapor pak kades dipanggil pak Cahya untuk mengkonsultasikan nilai Nusa yang amat menurun.
“Nusa kenapa nilainya jadi turun begini?” Tanya bapak sambil mengajak nusa duduk di teras rumah.
“Nusa terlalu berlebihan membaca bukunya” sambung bapak.
“Maaf pak, Nusa cuma ingin tau apa yang bisa nusa dapat dari buku nusa.” Jawab Nusa.
“Nusa, kita boleh punya keinginan, tapi belum semuanya tentu terwujudkan. Tapi semua kejadian itu harus ada tempat yang pas untuk melakukan suatu hal, kalau tidak Nusa sendiri yang akan menyesal.”
“Tapi pak, Nusa cuma ingin mengerti apa yang sedang Nusa jalani, tanpa harus membayangkan apa yang belum tentu terwujudkan.”
“Tapi, Nusa terlalu berlebihan memikirkan masa yang akan datang, sampai-sampai lupa dengan apa yang terjadi sekarang.” Sambung bapak.
“Iya pak Nusa paham, Nusa salah, Nusa terlalu memaksakan keadaan, Nusa minta maaf,” jawab Nusa.
“Tak apa Nusa, tapi jangan ulangi lagi, jadikan kegagalan ini menjadi pelajaran” jawab bapak.
“Iya pak…” sahut Nusa.
Kini Nusa kembali seperti dulu lagi, membantu orang tuanya, giat belajar, bahkan ia mulai akrab dengan teman di dekatnya. Namun ia masih suka membaca buku tapi dengan waktu yang tertentu.
“Sukses ya Nusa.”