Surat Dari Elfaza Kepada Bapak Nadiem Anwar Makarim, B.A, M.B.A

Bungo, Akhir Desember 2022

Kepada Yth,
Bapak Nadiem Anwar Makarim, B.A, M.B.A

Assalamualaikum Pak Menteri,
Kenalkan saya seorang guru di sebuah desa di pelosok provinsi Jambi. Mungkin Bapak kenal karena dulu dibentuk Pak harto tahun 80-an sebagai daerah transmigrasi, namanya Kuamang Kuning. Di sekeliling hanya ada pohon sawit, kemana pun kaki melangkah. Kami sangat akrab dengan kegiatan pruning (pemangkasan daun), panen, dan replanting (peremajaan tanaman). Saya yakin Bapak pernah dengar daerah kami karena kabarnya kualitas sawit di sini termasuk yang terbaik di dunia, kabarnya di atas produksi Malaysia.

Pak Menteri yang terhormat,
Mohon maaf sebelumnya, saya seorang guru dan mengajar di Sekolah Menengah Pertama, yang saya rintis bersama dua orang teman. Sebagai pendatang saya sangat kaget dengan kondisi pendidikan di sini. Di tahun ajaran baru saya mendapati calon-calon siswa yang belum lancar membaca dan sebagian lagi belum paham menambah dan mengurang di bawah dua puluh. Anak-anak tidak mengerti cara belajar dan hanya bisa mengikuti apa yang guru-guru contohkan. Kondisi ini membuat saya bertekad untuk memulainya dari dasar, ya dari membaca, menulis dan berhitung dasar.
Dengan segala keterbatasan kondisi sebagian ruang kantor disulap menjadi perpustakaan mini. Bersama rekan-rekan guru kami menggiatkan jam wajib membaca dan menulis di setiap tingkatan kelas. Untuk menambah koleksi buku di perpustakaan kami menyurati orang tua agar menyumbangkan bahan bacaan yang ada di rumah mereka. Hasilnya tidak terlalu banyak membantu. Saat ini pustaka sekolah hanya memiliki koleksi buku sebanyak 250 judul. Tidak ada toko buku yang bisa dikunjungi dan anggaran sekolah yang sangat terbatas untuk pengadaan buku bacaan.

Pak Menteri yang terhormat,
Satu hal yang saya yakini Pak, kemampuan belajar itu dimulai dari keterampilan membaca. Kalau minat baca anak tinggi, rasa ingin tahunya akan bertambah dan kemampuan belajar mereka akan berkembang. Maka segala upaya kami kerahkan untuk memacu minat baca anak seperti mengadakan pemilihan duta literasi, berlanggangan koran harian, lomba kepenulisan dan sebagainya. Tetapi sekali lagi pak kami sangat terkendala dengan literatur dan bahan bacaan. Mengandalkan bahan digitalpun di sini cukup bermasalah karena jaringan internet yang sering lelet dan pemadaman PLN dalam waktu yang cukup lama, terkadang sampai bisa seharian.
Ada nostalgia masa lalu yang ingin saya sampaikan kalo Bapak berkenan. 30 tahun yang lalu saat saya masih berstatus siswa Sekolah Dasar (SD). Saya juga tinggal di pedesaan pak tapi bukan di Jambi sini tapi di provinsi tetangga.
Saya sangat suka membaca, mungkin gila. Setiap jam istirahat saya menghabiskan waktu di perpustakaan. Saya suka membaca sastra lama seperti Siti Nurbaya karangan Marah Rusli, Salah Asuhan karya Abdul Moeis atau sastra terjemahan semisal Bharatayudha. Masih tergambar jelas diingatan pojok paforit ketika membaca. Posisinya di sebelah kiri kolam ikan. Perpustakaan kami sangat bagus, ruang bacanya dibuat melingkar dengan kolam ikan di bagian tengahnya. Di sekelilingnya di susun meja-meja tempat membaca buku.
Oh iya Pak, mungkin perlu juga diceritakan, saya dulu sering terkurung di dalam perpustakaan karena tidak mendengar bel masuk berbunyi dan baru keluar kalo wali kelas sudah kehilangan.
Mungkin momentum yang paling membahagiakan adalah ketika sekolah kami juara lomba perpustakaan tingkat nasional. Kepala sekolah kami di undang ke istana negara, berfoto dengan ibu negara, ketika itu masih ibu Tien Soeharto. Bangga rasanya apalagi ketika fotonya sudah di pajang di dinding perpustakaan, dan puncaknya adalah ketika perpustakaan kami dapat satu juta judul buku. Senangnya kami tak habis-habis, ketika buku-buku itu sudah boleh kami baca. Berlomba mendapat judul baru dan menamatkannya segera.

Pak Menteri yang terhormat,
Sampai sekarang saya masih sering mengulang-ulang cerita itu ke siswa sampai mereka hafal jalan kisahnya.
Jadi begitulah Pak, masa kecil yang sangat menyenangkan. Tapi sekarang saya sedih karena anak didik saya tidak bisa mendapatkan pengalaman yang sama. Merasakan bahagianya membaca dan menamatkan sebuah buku. Enaknya berjam-jam tenggelam dalam bacaan yang asyik.
Bagaimana mungkin mereka punya minat baca tinggi kalau bahan bacaan tidak memadai dan ruang bacanya sangat sempit.

Pak Menteri yang terhormat,
Sebagai orang tertinggi dunia pendidikan di Indonesia saat ini mungkin tidak berlebihan ketika saya bercerita dan berharap kepada Bapak. Tidak muluk-muluk pak, bangunan kecil dengan seribu judul.

Pak menteri yang terhormat
Mohon maaf kalau cerita ini terlalu panjang. Saya tahu Bapak sibuk. Terima kasih sudah bersedia membaca surat ini, semoga Bapak berkenan dengan isinya.

Salam hormat,
Elfaza

Nyalanesia bekerja sama dengan ribuan guru dan kepala sekolah di seluruh Indonesia untuk bersama-sama membangun jembatan literasi agar setiap anak punya kesempatan untuk mewujudkan mimpi.

Pendidikan adalah alat untuk melawan kemiskinan dan penindasan. Ia juga jembatan lapang untuk menuju rahmat Tuhan dan kebahagiaan.

Mendidik adalah memimpin,
berkarya adalah bernyawa.

Nyalanesia bekerja sama dengan ribuan guru dan kepala sekolah di seluruh Indonesia untuk bersama-sama membangun jembatan literasi agar setiap anak punya kesempatan untuk mewujudkan mimpi.

Pendidikan adalah alat untuk melawan kemiskinan dan penindasan. Ia juga jembatan lapang untuk menuju rahmat Tuhan dan kebahagiaan.

Mendidik adalah memimpin,
berkarya adalah bernyawa.

Artikel Terkait

Lembaran Asa yang Kembali Terbit

Lembaran Asa yang Kembali Terbit Rifan’s Meilan Dhani Saputra Di balik lorong yang panjang  Semak belukar kian terbentang Kutemui sebuah asa yang cemerlang  Asa yang menyatu dalam buku usang    Halaman-halaman yang dahulu lenyap Beribu asa yang dulu tiada Kini terbit setelah lama hirap Tertulis dalam akasara amat sederhana   Untaian skenario penuh asa Aksara

Baca selengkapnya...

Tempat Mencari Ilmu

Tempat Mencari Ilmu Khansa Muthmainnah Buku…Kau tempat mencari ilmuDi setiap lembaranmu Tersimpan benih-benih ilmu Apa pun yang kutak tahuSelalu ada di lembaran kertasmuSetiap diriku membacamuKumendapatkan wawasan baru Buku, karnamu diriku mendapatkan berjuta ilmuNamun entah apa yang terjadi pada dirikuSeketika itu…Diriku melupakanmu

Baca selengkapnya...